Setup Menus in Admin Panel

  • No products in the cart.

Fenomena Parenting VOC dan Dampaknya bagi Anak

Apa Itu Parenting VOC?

Istilah parenting VOC belakangan ramai dibicarakan di media sosial, khususnya TikTok. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh kreator konten Jenni Lim (Mamak Malvin) sebagai gaya pengasuhan yang tegas, disiplin, dan cenderung otoriter.

Nama “VOC” sendiri merujuk pada Vereenigde Oostindische Compagnie—perusahaan dagang Belanda masa penjajahan yang terkenal keras dan otoriter dalam menjalankan kekuasaannya.

Ketegasan dan kontrol yang melekat pada nama VOC menjadi dasar istilah ini. Dalam konteks pengasuhan, parenting VOC menggambarkan pola asuh dengan aturan ketat, komunikasi satu arah, serta fokus pada kepatuhan tanpa kompromi.

Ciri-Ciri Parenting VOC

Parenting VOC dapat dikenali dari beberapa karakteristik berikut:

  • Aturan yang kaku dan tidak bisa dinegosiasi.
  • Komunikasi satu arah, anak hanya menerima instruksi tanpa ruang untuk berdiskusi.
  • Menekankan kepatuhan mutlak terhadap perintah orangtua.
  • Menggunakan hukuman (fisik maupun verbal) sebagai sarana disiplin.
  • Minim dukungan emosional, lebih menonjolkan hasil dan ketertiban daripada perasaan.
  • Menanamkan rasa takut alih-alih rasa hormat.
  • Menuntut kemandirian sejak dini dan menekankan prestasi tanpa melihat kondisi emosional anak.

Dampak Positif Parenting VOC

Meski menuai kontroversi, sebagian orangtua masih menerapkan pola ini karena beberapa dampak positif jangka pendek yang dirasakan, antara lain:

  • Anak menjadi disiplin tinggi dan terbiasa menaati aturan.
  • Anak cenderung tangguh dan tahan banting menghadapi situasi sulit.
  • Terlatih menjadi mandiri sejak usia dini.
  • Hormat pada otoritas, baik terhadap orangtua maupun guru.

Dampak Negatif Parenting VOC

Namun, jika diterapkan terus-menerus tanpa keseimbangan emosional, parenting VOC dapat menimbulkan efek samping dalam jangka panjang, seperti:

  • Rendahnya kepercayaan diri karena anak takut salah dan takut berpendapat.
  • Sulit mengekspresikan emosi, yang bisa berujung pada masalah kesehatan mental.
  • Risiko stres dan kecemasan sejak dini akibat tekanan tinggi.
  • Hubungan anak–orangtua menjadi renggang karena kurangnya kedekatan emosional.
  • Potensi trauma atau pemberontakan ketika anak dewasa nanti.

Gaya Parenting yang Lebih Disarankan

Para ahli psikologi anak menyarankan pola pengasuhan yang lebih seimbang, seperti:

  • Authoritative Parenting, yaitu gabungan antara disiplin dengan komunikasi terbuka.
  • Dolphin Parenting, yang menekankan keseimbangan antara ketegasan dan empati.
  • Positive Parenting, yang mengandalkan dukungan emosional dan disiplin tanpa kekerasan.

Metode-metode tersebut terbukti dapat membantu anak tumbuh lebih percaya diri, mandiri, dan mampu mengelola emosinya dengan baik, serta menciptakan hubungan keluarga yang lebih harmonis.

Kesimpulan

Parenting VOC menggambarkan pola asuh otoriter yang fokus pada kedisiplinan dan kepatuhan anak tanpa mempertimbangkan aspek emosional. Walaupun memberi efek positif dalam hal kedisiplinan dan ketangguhan, metode ini berisiko menimbulkan dampak psikologis jangka panjang. Karena itu, penting bagi orangtua untuk memilih gaya pengasuhan yang lebih empatik, suportif, dan komunikatif agar anak dapat tumbuh secara seimbang—baik secara emosional maupun sosial.

Ingin meningkatkan kemampuan berpikir logis dan melatih kesabaran seperti dalam proses parenting yang sehat?

Yuk, mulai belajar coding bersama Koding Akademi!

Belajar pemrograman dapat membantu Anda berpikir sistematis, kreatif, dan terstruktur dalam menghadapi tantangan—baik di dunia digital maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Koding Akademi 2021. All rights reserved.

You cannot copy content of this page